Gerakan Solidaritas Mahasiswa Toraja ( GASMATOR ). Menuai banyak perhatian pasca adanya kegiatan sosial yang di selenggarakan YAYASAN PUANG SANGALLA' benahi pariwisata Kuburan Batu SUAYA KING'S GRAVE, salah satu pertanyaan yang di lontarkan salah satu pemerintah setempat yang enggan di sebut namanya, mengapa mahasiswa yang kerja ini renovasi rumah adat museum yang ada di lokasi objek wisata tersebut,
Alvin Layuk Tangek kordinator baksos Renovasi mengatakan kami mahasiswa yang kerja karena ini pekerjaan bukan proyek pemerintah jadi kurang di lirik seandainya proyek pemerintah pasti banyak orang yang berbondong untuk mengerjakannya " Kami mendukung dan siap membantu ketika berbicara kepentingan dan kebaikan orang banyak terkhusus pembangunan kemajuan daerah toraja, kegiatan bakti sosial penebangan bambu untuk persiapan renovasi atap museum rumah tongkonan, tentu memang menuai banyak pertanyaan dari mana dananya untuk operasional kerja yang begitu cukup memakan waktu dan biaya kegiatan ini di lakukan oleh Yayasan Puang Sangalla' atas pribadi salah satu tokoh toraja Puang Annar S. Yang berinisiatif dan terpanggil membangun kuburan leluhurnya, yang cukup lama objek wisata itu selayak tak terurus lagi museum bangunan dinding dan atap hancur, maka dari itu secara pribadi dan Yayasan P. Annar Sampetoding untuk membangun peninggalan leluhurnya yang ada di toraja, peran kami mahasiswa Toraja hanya sebatas membantu dan mensuport kegiatan ini, " kapan lagi dan siapa lagi kalau bukan sekarang, kita justru bersyukur salah satu senior tokoh asal toraja yang masih terpanggil ingin membenahi kampung, ungkap Alvin Layuk Tangke. ( Ketua Gasmator) . Di perjelas salah satu sekertaris Yayasan Puang Sangalla' A. Pangeran Tandilangi' mengatakan " sangat di sayangkan ketika kegiatan renovasi ada pertanyaan-pertanyaan yang muncul baik dari pemerintah ataupun masyarakat setempat Kuburan batu dan museum tersebut dan seolah tak di hiraukan lagi suda berlangsung lama tak ada satupun pihak yang berinisiatif untuk membangunya, perlu di ketahui
Kubur Batu Suaya, mempunyai peran sejarah yang terlupakan beriring berjalanya waktu
Pesta Rambu Solo paling besar dan meriah adalah saat pemakaman Raja terakhir, Puang Lasso Rinding atau yang dikenal Puang Sangalla’, pada tahun 1972. Saat itu juga Rambu Solo Puang Sangalla didokumentasikan oleh "National Geographic" sehingga menjadikan Tana Toraja mulai masyhur di dunia internasional. Semenjak itu, banyak wisatawan dari berbagai penjuru dunia datang ke Toraja dan menyaksikan upacara Rambu Solo. biarkan proses dan waktu menjawabnya, Yayasan Puang Sangalla' lahir dari para pelaku sejarah toraya, Gasmator Ada dan tumbuh di jalan yang benar menjadi musuh dan memberontak jika di jalan yang salah, jelas A. Pangeran Tandilangi'
Alvin Layuk Tangek kordinator baksos Renovasi mengatakan kami mahasiswa yang kerja karena ini pekerjaan bukan proyek pemerintah jadi kurang di lirik seandainya proyek pemerintah pasti banyak orang yang berbondong untuk mengerjakannya " Kami mendukung dan siap membantu ketika berbicara kepentingan dan kebaikan orang banyak terkhusus pembangunan kemajuan daerah toraja, kegiatan bakti sosial penebangan bambu untuk persiapan renovasi atap museum rumah tongkonan, tentu memang menuai banyak pertanyaan dari mana dananya untuk operasional kerja yang begitu cukup memakan waktu dan biaya kegiatan ini di lakukan oleh Yayasan Puang Sangalla' atas pribadi salah satu tokoh toraja Puang Annar S. Yang berinisiatif dan terpanggil membangun kuburan leluhurnya, yang cukup lama objek wisata itu selayak tak terurus lagi museum bangunan dinding dan atap hancur, maka dari itu secara pribadi dan Yayasan P. Annar Sampetoding untuk membangun peninggalan leluhurnya yang ada di toraja, peran kami mahasiswa Toraja hanya sebatas membantu dan mensuport kegiatan ini, " kapan lagi dan siapa lagi kalau bukan sekarang, kita justru bersyukur salah satu senior tokoh asal toraja yang masih terpanggil ingin membenahi kampung, ungkap Alvin Layuk Tangke. ( Ketua Gasmator) . Di perjelas salah satu sekertaris Yayasan Puang Sangalla' A. Pangeran Tandilangi' mengatakan " sangat di sayangkan ketika kegiatan renovasi ada pertanyaan-pertanyaan yang muncul baik dari pemerintah ataupun masyarakat setempat Kuburan batu dan museum tersebut dan seolah tak di hiraukan lagi suda berlangsung lama tak ada satupun pihak yang berinisiatif untuk membangunya, perlu di ketahui
Kubur Batu Suaya, mempunyai peran sejarah yang terlupakan beriring berjalanya waktu
Pesta Rambu Solo paling besar dan meriah adalah saat pemakaman Raja terakhir, Puang Lasso Rinding atau yang dikenal Puang Sangalla’, pada tahun 1972. Saat itu juga Rambu Solo Puang Sangalla didokumentasikan oleh "National Geographic" sehingga menjadikan Tana Toraja mulai masyhur di dunia internasional. Semenjak itu, banyak wisatawan dari berbagai penjuru dunia datang ke Toraja dan menyaksikan upacara Rambu Solo. biarkan proses dan waktu menjawabnya, Yayasan Puang Sangalla' lahir dari para pelaku sejarah toraya, Gasmator Ada dan tumbuh di jalan yang benar menjadi musuh dan memberontak jika di jalan yang salah, jelas A. Pangeran Tandilangi'
Leave a Reply